Teori Efek Pygmalion

PygmalionPygmalion, Raja Siprus, telah lama mencari seorang istri dengan kecantikan yang sesuai dengan seleranya sebagai wanita yang sempurna. Pada akhirnya, dia memutuskan bahwa dia tidak akan menikah dan dia akan mencurahkan waktunya dan cinta yang dia rasakan dalam dirinya untuk membuat patung-patung yang menawan.

Raja ini tidak menyukai wanita yang dilihatnya. Dia hidup dalam kesunyian dalam waktu yang lama. Setelah merasa jenuh dengan situasi yang dihadapinya, maka dia mulai membuat patung seorang wanita dengan bentuk yang sempurna. Dia membuat patung tentang gadis muda yang dia namakan Galatea. Dia bermimpi bahwa patung ini dapat menjadi hidup. Raja tertarik pada karyanya sendiri, dan dia tidak dapat berhenti memikirkan gadis kesayangannya.

Pada suatu hari terdapat perayaan besar untuk menghormati dewi Venus. Pygmalion memohon kepada dewi untuk memberi kehidupan pada patung kesayangannya. Sang dewi bersedia membantunya. Pada akhirnya, patung itupun hidup.

Studi tentang nubuat

Robert Rosenthal, seorang sosiolog Amerika menggunakan mitos Yunani ini untuk menjelaskan pentingnya harapan pada orang, benda, situasi atau bahkan diri kita sendiri, sehingga akhirnya menjadi kenyataan. Saat ini kita mengenalnya sebagai nubuat yang memuaskan.

Advertisement

Rosenthal melakukan percobaan di sebuah sekolah. Siswa tertentu yang dipilih secara acak, selang setahun mereka diuji. Anak-anak yang dianggap cerdas ini memperoleh hasil yang lebih baik.

Studi lain yang menarik adalah yang dilakukan di Ashanti, Ghana Tengah. Di kota ini, setiap anak yang lahir menerima nama spiritual berdasarkan hari kelahirannya. Di sisi berbeda, setiap hari terkait dengan beberapa sifat kepribadian. Seorang psikolog mempelajari label nama ini dan dampaknya dalam jangka panjang pada citra diri dan pada kehidupan anak-anak. Untuk ini, dia memeriksa frekuensi munculnya nama dalam catatan Pengadilan Remaja yang melakukan kejahatan. Berdasarkan hasil penyelidikan, ini menunjukkan bahwa nama yang diberikan kepada seorang anak saat lahir akan mempengaruhi perilakunya.

Penciptaan efek pygmalion

Secara sadar, kita dapat mengubah perilaku dan mengadopsi seperangkat perilaku. Ini akan mempengaruhi bagaimana anak-anak kita menggunakan potensi mereka, dan kita dapat membuat potensi ini melampaui apa yang kita asumsikan.

Advertisement

Untuk alasan ini sangat penting bahwa orang tua, guru dan orang dewasa pada umumnya melakukan latihan eksplorasi diri yang memungkinkan kita untuk menemukan apa harapan kita terhadap orang lain.

Harapan yang tinggi akan mendorong pencapaian yang lebih besar. Ini bukan tindakan sihir, tetapi tindakan inspiratif. Harapan tertinggi akan mengarahkan figur otoritas untuk bertindak berbeda sehubungan dengan yang lain. Sebagai contoh, guru di kelas dapat melakukan hal-hal sbb:

  • Menciptakan iklim sosial emosional yang lebih hangat dan ramah bagi para siswa, mempertimbangkan potensi tinggi mereka, dan mentransmisikan sinyal non verbal; gerakan, senyuman, sentuhan.
  • Mengajarkan lebih banyak hal tanpa rasa takut dan membantu siswa menemukan dirinya, para siswa ini menemukan hal yang menarik.
  • Jika mereka menyerah, tawari mereka lebih banyak waktu dan mendorong siswa lain untuk membantu mereka berkontribusi pada pertumbuhan di antara yang sederajat.
  • Personalisasi bahasa verbal kepada siswa, terutama bagi mereka yang memiliki kesulitan lebih besar dalam kinerja menjadi lebih detail.

Apa yang kita katakan, bagaimana cara kita mengatakannya, ekspresi tubuh, nada suara, dsb, ini sangat berperan untuk mendapatkan umpan balik positif dari orang lain. Jika kita ingin mendapatkan yang terbaik dari seorang anak, siswa atau orang lain, jangan batasi dengan wacana negatif, dengan celaan atau sikap kurang percaya diri. Satu-satunya hal yang akan kita capai adalah memperkuat kepercayaan ini dan memenuhi harapan yang kita miliki.

Scroll to Top